right_side

Rian Arief Wibisono is A Man of Letters

Translate This Contents

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

country visitors

free counters

My Twitter

Member

In:

...

"..."

Tak berlebihan...

Namun memang ia yang tersayang...
Tak berlebihan...
Sejenak sayang...
Senang jika selalu memandang...
Rasa ini sayang...
Namun bukan sayang yang berlebihan...
Memiliki karena merasa kehilangan...
Harus kemana aku curahkan...
Kekhawatiran...
Kekhawatiran yang merisaukan...
Ku harap kau dalam lindungan...
Dalam gelap dan terang...
Itu yang dapat ku lantunkan...
Semua ini bukan kutipan...
Ini letupan perasaan...
Tertuju pada adiku tersayang...

In:

Sempurna Dalam Angan

" Sempurna Dalam Angan "

Hidupku penuh angan yang entah melayang...
Anganku adalah dalam sejuknya kegelapan...
Anganku juga adalah pekatnya hitam...
Kelam namun itulah kebahagiaan yang aku dambakan...
Dalam kegelapan aku dapat menangis tak segan...
Dalam hitam aku merasa dibuai kedamaian...

Aku memang sempurna dalam angan...
Aku memiliki semuanya...
Semua memang kepalsuan...
Namun menyenangkan...
Tanpa olokan...
Tanpa penindasan pedihnya kenyataan...
Ya...
Semua itu memang hanya angan...
Tapi merupakan keadilan bagi pemuda malang pendamba sempurnanya kehidupan...

In:

Begitulah Seadanya

" Begitulah Seadanya "

Jiwa ini panas membara, selalu begitu adanya...
Menabur kedengkian di mana-mana...
Entah mengapa, aku mulai benci basa-basi dunia...
Semuanya mulai terlihat fana...
Aku penjilat, begitupun semuanya...
Semua terlihat sama...
Semuanya berdusta...
Tak ada lagi manusia seutuhnya...
Yang ada hanya manusia setengah dewa...
Mereka itu selalu benar...
Hahaha...
Ya...
Memang begitu adanya...
Aku benci leluconya...
Kemanjaanya...
Senyum manisnya...
Wajah memelasnya...
Serta kesombonganya...
Namun semua itu drama yang berguna dalam realita dunia...
Aku benci semuanya, namun begitu adanya...
Ya...
Apa adanya...
Semuanya benar apa adanya, namun busuk di dalamnya...
Aku, Dia, dan Mereka itu sama bodohnya...
Menanam buih dalam gelapnya langit di persemayaman-Nya...
Semua sungguh terasa manisnya, namun pedih, pahit, dan busuk di pangkalnya...
Aku memang tak peduli...
Ya, aku memang tak peduli, karena begitulah adanya...

In:

Kedengkian Pemuda Malang Tak Bertuan

"Kedengkian Pemuda Malang Tak Bertuan"

Aku benci meronanya matahari...
Sedari kedatanganya, awal sepi menemani...
Aku memang sendiri, selalu sendiri menjalani hari...
Namun seharusnya tidak dengan sepi...
Karena sepi membuat raga ini tak berpengemudi...
Aku lelah sekali...
Jiwa ini sunyi...
Bagai raga kehilangan hati...

Aku ini hanya binatang jalang milik Sang penyair terkenal...
Hanya termenung meratapi pahit dalam manisnya kehidupan...
Tak berontak, namun menyalak pada kesunyian...
Sejujurnya, aku inginkan mendung dalam gelapnya malam...
Biar semua orang rasakan jiwa tanpa kehidupan...
Semua tentang kedzaliman, aku ingin mereka ditimpakan...
Sekiranya, itu keadilan bagi pemuda tak bertuan...

In:

"Dalam Pelukan Penguasa Kosong"

Wahai kesepian berparas anggun...
Senyumanmu memberikan aroma sebelum datangnya hujan.....
Dalam pelukmu, aku rasakan dingin bercampur kepedihan...
Namun menawan wujudmu, tak bisa kupungkiri...
Bersama pelukan yang Kau beri, lirih itu merasuk dan mendarah daging....
Melankolis miris serta tragis...
Membuat perjalanan ini penuh tragedi....
Aku tak peduli bila semua bersama, berpisah, hingga hancur sekali pun...
Aku ini hanya pria dalam pelukan kesepian, yang terkadang ingin sekali terlepas dari jerat pesona kesepian.

In:

Pengecut Berteman Sepi

"Pengecut Berteman Sepi"

Mungkin aku terlalu angkuh

Hingga aku memilih sepi sebagai teman baikku
Mungkin aku pengecut
Hingga aku harus menghindar dari masalah hidupku
Seharusnya aku tidak menyalahkan sepi
Karena ia hanya mencoba menemani...
Untuk yang pernah tersakiti...
Maaf, aku hanyalah seorang pengecut berteman sepi.

In:

...

Pandanganku pada gerbang itu...
Sesungguhnya bukan pada gerbang itu...
Gadis lucu nan ayu menjadi objek tatapanku...
Berbenah diriku...
Namun apa daya bila malu aku pada sekelilingku...
Akhirnya tiba saatnya yang kutunggu...
Senyuman indahmu...
Senyuman indahmu yang menyapaku tanpa tegur dari mulut manismu...
Tak kusangka runtuh hatiku akibat senyumanmu itu...
Sayangnya itu semua hanya KENANGAN indahku...
Kenangan tanpa dialog dan prolog dalam kisah SMA ku...